Segara Anak di Atas Awan Gunung Rinjani





Terik Mentari yang Cantik di Rinjani

 

Emosi Saya benar-benar membuncah ketika menginjakkan kaki di Gunung Rinjani, rasa haru dan syukur yang tak tertahankan. Ini semua seperti mimpi, ya, memang ini mimpi Saya yang menjadi kenyataan. Saat itu Saya merasakan segala keindahan Gunung Rinjani, tidak hanya memandangi gambar-gambarnya di internet maupun di lembaran uang Rp10.000,- yang sudah tidak beredar lagi...




Tidak dapat dipungkiri, perjalanan mendaki Gunung Rinjani Saya mendapatkan banyak bantuan baik dari teman-teman sesama pendaki maupun dari para porter. Walaupun tim kami menyewa porter, Saya tetap membawa carrier sendiri, porter hanya membawakan logistik makanan dan tenda-tenda. Saya takjub dengan kemampuan tubuh Saya sendiri yang ternyata mampu bertahan dari rasa lelah dengan beban di punggung. Mungkin rasa lelah ini tersingkirkan karena terbayar oleh pemandangan dan perasaan yang menyenangkan di sepanjang jalur pendakian.

Peak season mengakibatkan ramainya jalur pendakian via Sembalun. Jalur ini cukup landai dan aman sehingga dipilih oleh tim kami. Saat itu pendakian dimulai pada tanggal 25 Mei 2014 dan berakhir tanggal 27 Mei 2014 yang bertepatan dengan hari libur nasional dua hari dalam satu minggu. Pantas saja mulai dari tempat perizinan pos Sembalun hingga puncak ramai pendaki. Bahkan di pos Plawangan Sembalun Saya menemui dua balita berumur 3-4 tahun yang digendong orang tuanya, pendaki balitaaaa.... I Love You Child....



Perjuangan Para Porter




Gunung Rinjani yang dinobatkan sebagai gunung terindah ketiga di Asia Tenggara ini menyajikan keindahan yang luar biasa indah. Pada awal pendakian saja kita sudah disuguhi pemandangan yang bikin mata berbinar. Kanan kiri padang rumput menghampar hingga batas horison langit. Gumpalan awannya seperti es krim vanila yang segar bertumpuk-tumpuk, hihihi... Tak jarang ketika berjalan menyusuri jalan setapaknya Saya berhenti untuk sekedar menengadahkan muka dan merentangkan tangan...


Pukul 9 pagi waktu Indonesia bagian tengah perjalanan dimulai, saat itu cuaca cerah sekali. Tidak terasa berjalan setelah kurang lebih 3 jam sampailah di pos 2. Bersantai sambil menikmati makan siang di ketinggian dan bercanda dengan kawan-kawan begitu menyenangkan. Setelah 2 jam beristirahat perjalanan dilanjutkan menuju ke pos 3 yang ditempuh dalam waktu 1 jam. Tidak terlalu jauh dari pos 2 memang, di pos 3 kami mendirikan tenda untuk bermalam. Saat itu masih pukul 3 sore, target kami bermalam di pos Plawangan Sembalun yang letaknya di atas pos 3, namun karena menurut informasi dari porter-porter tim lain pos Plawangan Sembalun sudah sangat penuh tenda maka kami putuskan bermalam di pos 3. No problem...

Pagi hari tanggal 26 Mei 2014 pukul 9 perjalanan dilanjutkan menuju Pos Plawangan Sembalun dengan melewati bukit penyesalan. Yaaaah, inilah tempat yang Saya tunggu-tunggu, seperti apa rasanya melewati bukit ini yang konon katanya membuat nyali para pendaki ciut begitu melewatinya.... 

Dengan segenap raga dan manipulasi pikiran, akhirnya Saya berhasil melewatinya dengan mulus. Manipulasi pikiran? Lebay ya ahahaha, maksudnya, Saya mendorong pikiran Saya untuk selalu semangat, bergembira, menikmati pemandangan sehingga nyali tidak ciut....

Anda akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan di sini, danau di atas ketinggian > 2.000 meter di atas permukaan laut dapat dilihat dari pos Plawangan Sembalun. Namun waktu terbaik untuk melihat danau ini adalah pagi hari saat kabut belum menyelimutinya. Segara Anak nama danau cantik itu.

Tanggal 27 Mei 2014 pukul 00.30 dini hari perjalanan summit attack dimulai. Udara sangat dingin dan angin berdesir kencang di antara tebing-tebing jurang yang mengapit pos Plawangan Sembalun. Hening, senyap dan waspada ketika kami memulai melangkahkan kaki menuju puncak. Hingga pukul 06.00 Saya menapaki titik puncak Gunung Rinjani yang elok, udara bertambah dingin menusuk tulang walaupun sudah mengenakan jaket tebal. Bersyukur ada kenalan yang meminjamkan jaketnya hihihihi... 
Matahari muncul perlahan dengan diawali semburat merah dan oranye, hingga membulat penuh di ufuk timur. Saya menyaksikan ini. Speechless hingga mata meleleh-meleleh berair, indahnya kebangetaaaaaannn....








Saya Serasa Ikut Menari Bersama Ilalang-ilalalng




Pemandangan di Kanan Kiri Adalah Bukit Savana


Suara angin di Gunung Rinjani memanjakan telinga sepanjang perjalanan naik dan turun. Jika tidak ada orang rasanya ingin menari-nari di atas padang rumput itu, hahay... Itu yang Saya rasakan, bebas, bahagia hingga bibir ini menarik terus, sesekali senyum merekah secara tidak sadar. Tenang-tenang, Saya tidak sakit jiwa, Saya hanya jatuh hati yang terlalu parah dengan Gunung Rinjani hehe...





Si Putih Ayu yang Mencuri Pandangan Saya di Bukit Penyesalan




Bunga Edelweis Sesekali Dijumpai di Sepanjang Jalur Sembalun








Mengintip Segara Anak dari Pos Plawangan Sembalun




Puncak Gunung Rinjani








Senja di Balik Bukit Segara Anak




Mentari Terbit Perlahan di Puncak Anjani




Permadani Langit di Puncak Anjani




Segara Anak Dilihat dari Puncak Anjani




Sooooo Beautifulllll...... Thanks God




Pendaki Mengular di Jalur Menuju Puncak Gunung Rinjani

 

Saat telah kembali dari puncak dan tiba di pos Plawangan Sembalun, hari sudah cukup siang sekitar pukul 11.00 WITA. Kami memulai perjalanan untuk turun kembali pada pukul 15.00 WITA, untuk pulang. Selama perjalanan Saya cenderung melangkahkan kaki selebar mungkin, secepat mungkin, Saya tidak ingin melewati malam dalam perjalanan menuruni gunung. Setelah sampai Pos 1 hari sudah mulai gelap sekitar pukul 19.00 WITA, dan porter yang berjalan bersama Saya memutuskan untuk menunggu anggota tim yang sebagian besar tertinggal di belakang. 

Kami memutuskan untuk menuju pos awal melewati jalur baru, melewati hutan Bawak Nao yang menurut warga sangat mistis. Bersyukur tidak ada kendala yang berarti saat melewati hutan itu dan tim kami sampai di pos perizinan pukul 23.00 WITA...








I'm So Happy.... Thanks Allah



Jika Anda muda, sehat, punya waktu, punya dana lebih, tambahkan Gunung Rinjani masuk dalam daftar "What I'm going to do next year". Ini surga dunia yang mudah Anda jangkau selama Anda menjadi warga negara Indonesia. Tidak perlu visa atau paspor seperti turis-turis mancanegara. Traveling ke tempat-tempat indah adalah investasi yang tepat untuk ingatan kita di hari tua kelak. Saya yakin ini akan menjadi cerita heroik bagi anak cucu kita, hehehe...



----------every mountain need someone to climb it ---------




Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 Jam untuk "Tektok" Gunung Pangrango, Jawa Barat

Pengibaran Bendera Sepanjang 1 Kilometer di Gunung Rakutak, Bandung

Backpacker ke Dieng, Wonosobo