Gunung Ciremai, Embahnya Gunung di Jawa Barat




Hari Jumat malam, kami bertujuh yang terdiri dari 3 cowok polos dan 4 cewek lugu menuju ke stasiun Cirebon Prujakan menaiki kereta dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta. 







Tiga jam saja perjalanan kami, dengan dijemput oleh rekan dari Langkah Para Petualang (LPP) Kuningan, namanya Kang Barzet (sayangnya dia tidak ikut kami mendaki Gunung Ciremai), melanjutkan perjalanan ke pos pendakian Gunung Ciremai jalur Linggarjati. Karena perbekalan logistik ada yang kurang, kami mampir ke pasar tradisional di daerah... Hmmmm lupa namanya (maaf)... Widiiih, pagi buta gini udah banyak aja pedagang yang udah rapi dengan dagangannya... Sayuran masih seger-seger bener...
 
Sesampainya di base camp Linggarjati masih sekitar pukul 02.30 WIB, kami menuju kamar, eh, rumah yang biasa dipakai pendaki untuk beristirahat. Tapi aneh, di sini kok bau embek ya, ahh tidak usah dipedulikan berhubung ngantuk ya robohkan badan saja. Kami langsung pasang badan dengan posisi ikan pindang alias berjajar-jajar untuk bobo cantik.. ZzzZZzz...

Menjelang subuh Saya terbangun karena beberapa mas-mas pendaki sholat subuh di sebelah posisi tidur kami. Hayaaaah,,, pendaki idaman mah yang beginian...

Usut punya usut, bau yang aneh itu ternyata memang bau embek... Kambing banyak bener di bilik sebelah... Ealaaaah jadi semalaman kita bobonya tetanggaan sama mbek ...




Kami sebelumnya janjian dengan personil LPP juga, namanya kang Ade dan rekannya kan Riki untuk mendaki bersama, bukan, tepatnya mereka mengantar kami yang polos dan lugu untuk menggapai puncak Ciremai. Kami menunggu dua orang itu dari subuh rasanya seperti digantung... Lama...
Hujan tiba-tiba turun, tidak lama tetapi membuat beberapa di antara kami "keleleran" lagi memejamkan mata..
Saya agak terganggu dengan penampilan Hendy, salah satu personil kami, yang mengenakan jas hujan lengkap atas dan bawah di dalam ruangan sambil mondar-mandir. Okelah kalau mau ngetes jas hujan bocor atau tidak, tapi ga di dalam ruangan juga kali, tuh di luar udah hujan, silakan saja lari-lari ngetes jas ujannya bro... *siapin setel lagu india

Satu lagi teman Saya, namanya Fatoni saat itu buaik banget bak ibu peri. Dia menyelinap keluar pos dan kembali lagi membawa sekantung nasi untuk sarapan kami... Waaaah...  Baiknya nggak nanggung-nanggung, dia juga memesan nasi untuk bekal kami makan siang di tengah jalur nanti siang... Horeeee...Terimikiciih Fatoni...


Hujan reda, registrasi pendakian telah dilaksanakan, perlengkapan siap, poto narsis udah, kawan LPP sudah tiba, sekitar jam 9.30 kami memulai pendakian. Kami menuju pos Cibunar dengan berjalan kaki, treknya masih aspal. Sebenarnya kita dapat melaluinya dengan naik ojek, tapi yaaa masa udah gagah dan cantik gini naik ojek ke pos pendakian, maluuu sama laba-laba...


Nih laba-laba di pos Cibunar......


Cantiknya Sarang Laba-laba Pasca Hujan

Stamina kami masih oke, semangat menggebu, perjalanan kami lanjutkan menuju pos Leuwing Datar, lancar jaya....


Kabut tipis turun pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mandalawangi... *eh, salah...
Kabut cukup tebal mulai turun ketika kami sampai di pos Condang Amis. Di sini terdapat shelter yang cukup luas walaupun tidak berdinding. Nampak rombongan pendaki telah beristirahat di pos ini... Gerimis tipis mulai turun, Saya mulai membayangkan bantal di rumah - sambil bobo cantik - tapi bo'ong...



Jangan Salahkan Pose dan Ekspresi Saya, 
Ini Karena Tukang Fotonya Kelamaan "Ngejepret" Tombol Shutter Kamera




Shelter di Pos Condang Amis Berkabut






Saya ingat betul ketika sampai di Pos Condang Amis Saya mengalami laparrrr, tapi teman Saya tega, tega, tega, menunda makan siang kami hingga sampai di pos berikutnya, yaitu di Pos Kuburan Kuda. Beruntunglah tidak sampai 1 jam perjalanan menuju Pos Kuburan Kuda, akhirnya mata saya berbinar melihat bekal nasi kami.... 
Awalnya Saya membayangkan tempat ini akan sangat menyeramkan karena bisa jadi ditemukan gundukan tanah pertanda ada kuburan bangkai kuda, tapi ternyata yang Saya jumpai tanah lapang, bisa memuat tenda lebih dari lima. Ditambah ada teman yang bilang bahwa biasanya ada sesajen berupa bunga-bunga di sini... Tidak sehoror yang Saya bayangkan tuh... Hahaha...
Cukup lama kami beristirahat di pos ini, sebagian melaksanakan ibadah sholat, duh, rajinnya, kayak gini nih: 




Teman yang Soleh dan Solehah, Hey Itu Sajadah Saya, hehe!


Selepas dari Pos Kuburan Kuda, perjalanan mencapai Pos Pangalap, sebentar, ceritanya dipending dulu, mari lihat kami narsis ya....



Power Rangers, yang di Tengah Gagal Action





Formasi Lengkap, Kami Crew Acara TV yang Paling Beken "Ngajak Pulang" (yang Kerudung Merah Host_nya)



Pos Pangalap telah kami lalui dengan bernarsis ria, kami berjumpa dengan pendaki lain yang sedang packing entah mau naik atau turun gunung. Salah satu cowok di antara mereka mengenakan kaos dengan tulisan punggung: Temani Aku Mendaki, Maka Kau Akan Tahu Sikapku Terhadapmu. Hih, miyapah nemenin yey... (sambil nyibak kerudung...)







Nemu Carrier Pink... Punya Salah Satu Pendaki Mas-mas Bermuka Garang


Sampai di Pos Tanjakan Seruni, kondisi fisik dan mental kami masih sehat wal afiat. Namun semuanya teruji ketika lepas dari Pos Tanjakan Seruni, tanjakan yang tidak elegan blas.
Tanah becek menghadang, licin dan kemiringannya hampir 90". Saya tergelincir beberapa kali, hingga kang Ade membuka tali webbing untuk menarik embek, eh, menarik kami... Di sini namanya bukan lutut ketemu jidad lagi, tapi jidat ketemu tanah becekkkk... Saya jadi membayangkan, mungkin begini rasanya ikutan lomba panjat pinang, naik 5 cm, melorotnya 30 cm hahaha...

Lolos dari tanjakan seruni Saya tiba-tiba ngeri dengan tanjakan Bapa Tere di depan... Yang katanya lebih parah dari tanjakan seruni... ZzzzZZZzz....
Hari sudah lepas maghrib ketika sampai di pos bayangan, sebelum pos Bapa Tere. Kami putuskan untuk mendirikan tenda di pos yang sudah berdiri banyak tenda pendaki lain. Dua tenda cukup buat kami bersembilan, yeaaaah, badan kami berasa langsung langsiiiing setelah melewati tanjakan terjal, horeeee... (langsung iklan "Tenlung bikin nangis"...)








Persiapan menuju puncak, selepas shubuh sekitar jam 4 pagi kami memulai trekking. Lima menit berlalu dan kami sampai di pos Bapa Tere... Hiksss...
Semalaman cuaca cerah hingga tanah tidak sebecek kemarin. Begitu pula di tanjakan Bapa Tere yang terkenal garang ini, tidak licin, horeeey... Saya cukup bergelantungan menaiki satu demi satu akar yang menggantung vertikal, cukup terjal memang. Tapi ini masih mudah dilalui dari pada Tanjakan Seruni yang ganas kemarin....


Pos Bapa Tere lewat, Pos Batulingga lewat, lalu Pos Sanggabuana 1 dan Sanggabuana 2... Matahari sudah terik euy, kumaha ieu kulit abdi tambah hideung cenah Hahaha... (mencoba bergaya dengan sedikit berbahasa Spanyol)




Mau Manjat Pohon di Pos Sanggabuana II Mikir-mikir Dulu


Beberapa teman Saya terkapar dan tidur cukup lama begitu sampai di Pos Pangasinan. Heran, di tengah panas matahari yang lagi terik-teriknya begitu bisa-bisanya pada bisa tidur. Saya curiga, tempat ini dinamakan Pangasinan mungkin karena ketika siapapun berjemur di sini maka akan berasa asin badannya, yah, benar kan??? (baca: keringetan)


Pos Pangasinan merupakan pos terakhir sebelum summit attack... Yak, sebentar lagi kita sampai di puncaknya kawaaaaan...


Puncak Gunung Ciremai dari Pos Pangasinan

















Dalam Perjalanan Menuju Puncak Dihadang Sunrise


View Paling Oke, Nggak Nyesel, Asli!








Edelweis Menyemarakan Pemandangan di Pagi Hari










Welcome Puncak Gunung Ciremai...







Bisa SALTO di Puncak!



Di Sana Puncak Gunung Selamet Terlihat...





Kawah Gunung Ciremai




Hiduplah Indonesia Rayaaaaa.....

Saya bersyukur, cuaca sangat cerah saat kami tiba di puncak gunung, kami bersembilan selamat sampai di puncak... Pemandangannya gak bikin nyesel telah berpayah-payah melalui treknya yang ganas... Terima kasih buat teman-teman Saya yang setia, kompak dan somplak dikit... 
Kalian Luar Biasaaaaa....







Ini dia nama 3 cowok polos dan 4 cewek lugu:
Pertama: Iman yang paling takut dengan mabok cinta, eh, mabok darat, sehingga dialah yang mengusulkan kami naik kereta api Jakarta-Cirebon PP.
Kedua: Fatoni bersama kamera canggihnya yang awalnya sibuk dengan peralatan perawatan kamera namun diakhiri sibuk dengan masuk anginnya.
Ketiga: Hendy yang berwajah sangar tapi hati hello kitty. Dengan celana leggingnya yang menggemaskan dialah yang paling mudah senyum walaupun dalam keadaan gelap sekalipun.. hah??
Keempat: Hesty yang pada pendakian kali ini staminanya oke banget, tanpa mengeluh sedikitpun (tepuk tangan), tetapi selalu teriak-teriak manggil nama siapapun kalau tiba-tiba dia sadar berjalan sendirian dalam trek...
Kelima: Lolita, konsumtif banget dengan yang namanya obat pencahar "norit 7 butir" ternyata menyebabkan dia lupa diri hingga muntah di perjalanan menuruni gunung.
Keenam: Lidya yang disiplinnya ngelebihin Hittler, bukti: ketika rombongan memutuskan rehat sejenak dalam trek, dia langsung bilang "nyok, ayok" padahal orang terakhir baru sampai, dan orang terakhir itu biasanya Hendy...
Ketujuh: Aku... Aku.... Lia... yang selalu menantimu *uhukk

Tentunya dua teman lagi dari Langkah Para Petualang Kuningan, kang Ade dan kang Riki, yang dengan siapnya baru turun dari angkot berwarna kuning langsung mulai pendakian bersama kami.... Hahaha... Nuhun akang-akang...

   

Komentar

  1. Mantap perjalanannya, selamat selamat dan salam kenal ya mbak

    BalasHapus
  2. Terima kasih sudah membaca, salam kenal juga ya...
    Hidup nuliiiisss... :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 Jam untuk "Tektok" Gunung Pangrango, Jawa Barat

Pengibaran Bendera Sepanjang 1 Kilometer di Gunung Rakutak, Bandung

Backpacker ke Dieng, Wonosobo