My Dive, My Adventure





Salah satu impian saya saat kanak-kanak adalah bisa berenang-renang di pantai yang berpasir putih. Wajar saja, dari lahir hingga sekolah menengah atas saya tinggal di Tegal, Jawa Tengah, deretan pantura (pantai utara) yang pasirnya berwarna hitam gelap gulita. Hingga tiap pulang dari pantai di pantura ini, kendaraan dan baju kami belepotan pasir yang terlihat hitam mencolok.. Kotooooor sekalii. Ditambah air lautnya yang berwana coklat gelap berbuih. Mau bagaimana lagi, laut terdekat dengan rumah yang berjarak 9 km dari rumah saya hanya itu.

Sekarang saya tinggal di Jakarta karena pekerjaan, saat di sinilah impian saya berrenang-renang di pantai yang berpasir putih mulai terwujud. Merasa klop dengan laut, saya pun bela-belain mengambil diving licence pada pertengahan tahun 2014. Licence yang saya ambil tidak tanggung-tanggung yaitu dari Professional Association of Diving Instructors (PADI). Harganya lumayan menguras kantong tapi sepadan dengan kualitas training_nya yang baik. JAdi, siapa yang mau diving? Ajak saya yah…

Saya kadang sebal kalau mendengar teman enggan berwisata di pantai. Alasannya tentu Indonesia banget: takut hitam. Duh! Lihatlah, Indonesia dikaruniai pantai-pantai yang sangat indah, bahkan Hawaii di Amerika Serikat pun konon kalah cantik dengan pantai yang ada di Indonesia. Negara kita bergaris pantai terpanjang kedua di dunia setelah Canada. Turis mancanegara sangat tertarik dengan pantai-pantai Indonesia. Amati saja, sebagian besar mereka berwisata ke Indonesia ya untuk mencicipi laut kita untuk diving, snorkeling, surfing atau sekedar keleleran di pinggiran pantai. Konon warna kulit yang hitam karena matahari terlihat eksotis dan seksi menurut mereka. Ya kan?

Mereka rela membayar mahal untuk mendapatkan destinasi wisata laut yang bagus. Tengoklah Derawan, Kepulauan Karimun Jawa, Lombok, Bali, Kepulauan Mentawai, kepulauan Seribu, Minahasa, Gorontalo, Banda Naira hingga maha destinasi wisata Indonesia Raja Ampat! Lah, ini kita yang mungkin hanya “ngesot” menuju ke tempat-tempat itu, tanpa harus mengeluarkan uang banyak dan repot mengurus visa seperti mereka, kok malah nganggurin pantai-pantai yang cantik, sih piye to… 

Pertama kali diving memang ada rasa khawatir, jangan-jangan di dalam laut ada hiu, bagaimana kalau saya dimakan hiu, jangan-jangan ada black hole yang bisa nyedot badan hingga ke belahan dunia lain duh macem-macem yang ada di pikiran. Tapi begitu saya sukses descending di dalam laut rasanya aduh, ternyata luar biasaa… Di bawah saya ada hamparan pasir, semua badan masuk dalam laut dalam waktu yang lebih lama dari sekedar snorkeling atau freediving. Merasa seperti di dunia lain, tapi indah.

Sebelum tes diving memang saya banyak-banyak melihat proses diving melalui youtube dan membaca segala artikel tentang teknik diving. Semua itu membuat saya mantap dan menambah nyali untuk masuk dalam laut.
Ketika ascending dari dalam laut saya juga merasakan sensasi luar biasa, rasanya seperti terbang. Saya membayangkan menjadi "ultraman" yang terbang di udara. Tapi kali ini saya “terbang” di air hehehe… Setelah descending dan ascending sukses, penyelaman berikutnya saya mulai menikmati, seolah laut berbicara: welcome to the sea! Yeah!

Indahnya alam bawah laut sangat menghipnotis saya, melihat karang yang aneh bentuknya saja saya bisa berhenti beberapa waktu untuk menatapnya lamat-lamat. Apalagi jika visibility air bagus, ketika melewati gerombolan ikan-ikan kecil rasanya saya menjadi bagian dari mereka. Pengalaman paling menyenangkan ketika saya menyelam di kapal karang Liberty, Tulamben, Bali. Airnya jernih hingga saya dapat melihat dengan jelas bagian-bagian kapal dari jarak jauh. Tidak adanya arus laut juga sangat nyaman untuk penyelaman saya sebagai diver pemula, hehe…

Girls, masih takut hitam juga? Yaelaaa jangan norak dong… hehe piiiss ^_^v
Lets Dive!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 Jam untuk "Tektok" Gunung Pangrango, Jawa Barat

Pengibaran Bendera Sepanjang 1 Kilometer di Gunung Rakutak, Bandung

Backpacker ke Dieng, Wonosobo