Tips Menghadapi Datang Bulan Saat Traveling


Cara mempercepat datangnya menstruasi... (klik enter!)




Ya, sejak hobi jalan-jalan melanda beberapa tahun yang lalu, saya jadi rajin menandai siklus bulanan. Ini bermanfaat jika saya akan bepergian terutama ketika naik gunung atau main di pantai. Namun di sisi lain akan memudahkan karena tidak perlu memikirkan jadwal sholat dan tidak perlu khawatir pakaian terkena najis.


Pengalaman tidak menyenangkan selalu saja terjadi ketika sang tamu bulanan datang. Kondisi badan yang tidak bugar hingga emosi yang tidak terkendali dapat merusak suasana liburan, bahkan tidak jarang teman di sekeliling pun ikut terkena imbasnya. Haha!


Misalnya, ketika saya naik Gunung Slamet di Jawa Tengah, tiba-tiba pada hari H menjelang summit attack saya mengalami keram perut. Setelah dicek hasilnya positif saya datang bulan. Alhasil saya menuju puncak gunung dengan kondisi badan yang tidak karuan, pegal, mual dan pening. Teman-teman laki-laki satu tim saya sangat baik, saya dibantu menggunakan tali webbing meniti pasir demi pasir, cadas demi cadas menuju puncak. Emosi saya masih bisa dikendalikan dengan cara lebih banyak diam. Bagaimanapun, saya berusaha kuat, tapi saya sempat menangis ngumpet-ngumpet karena kesakitan... Hiks... 


Pengalamana lebih dramatis ketika naik Gunung Merbabu, masih di Jawa Tengah. Saya kedapatan datang bulan setelah baru saja beberapa meter meninggalkan base camp. Huh. Perut rasanya mules, rasanya ingin marah-marah, emosi saya labil. Lucunya, ketika saya meminta teman-teman perempuan menungguin saya melakukan "ritual", saya mulai sewot-sewot karena sudah dua kali pindah spot tapi tidak ada apapun yang keluar dari perut. Perut tambah mules berat, berimbaslah kepada satu teman laki-laki yang terkena kejudesan saya. Saya mulai ngomel, sepanjang jalur, teman-teman di depan saya salip, masih dengan omelan. Inti omelannya tertuju pada teman laki-laki yang membawa pacarnya dan melalukan drama tidak penting, bikin jengah.


Dia, bersama pacarnya membuat rombongan pendakian tersendat, melambat. Mereka berdua berantem alay, tapi mereka tidak lebih oke dari pada film-film drama Korea. Pake acara lempar sepatu segala ceweknya. Hih. Ini sih, laki-laki yang tidak datang bulan pun akan shebel menyaksikannya... Puncaknya, saya mematahkan batang kayu yang selama pendakian saya jadikan tumpuan. Saya pecutkan di atas batu, lalu saya lempar jauh-jauh. Muka dan mata saya panas. Saya pikir tidak ada yang melihat, nyatanya satu teman tertawa melihat tingkah saya. Duh, malunya, tambah mules. 



Masalah mitos bahwa perempuan yang datang bulan dilarang mendaki gunung dengan alasan mistis tidak terlalu saya hiraukan sejauh saya tidak melakukan hal-hal yang aneh di hutan. Saya masih bisa untuk tetap mendaki gunung jika dalam keadaan datang bulan, berikut saya bagi pengalaman mendaki gunung saat datang bulan:
  1. Infokan kepada teman sesama perempuan bahwa kamu sedang datang bulan. Ini untuk berjaga-jaga ketika misalnya kamu pingsan di tengah jalan, ada yang tahu jika kamu lemah karena datang bulan. Kelompokmu akan memberikan toleransi, contohnya dengan memperlambat kecepatan atau sekedar membuatkanmu minuman hangat, eaaa…
  2. Jangan pipis sembarangan, usahakan gali tanah walaupun tidak terlalu dalam kemudian setelah buang hajat dikubur dengan tanah. Urin yang bercampur darah segar berbau nyinyir khawatir menarik minat penghuni hutan. Hiii…
  3. Tisu basah dan kering disimpan di tas yang mudah dijangkau, saya biasanya menyimpannya dalam saku celana. Tujuannya, jika tiba-tiba mules tidak tertahankan, saya bisa langsung ngacir di balik semak-semak.
  4. Sediakan banyak kantung plastik. Pembalut yang sudah dikenakan dibungkus rapat dengan plastik berlapis-lapis kemudian masukan ke tas dan dibawa turun gunung, buang di tempat sampah di base camp. Jangan lupa, tisu basah dan kering bekas pakai ikut dimasukkan dalam plastik.
  5. Minum minuman panas, dapat dicampur teh tapi jangan kopi dan cokelat. Kopi dan cokelat mengandung kafein cukup tinggi yang akan memperparah keadaan nyeri.
  6. Saat malam hari dapat mengompres perut dengan air hangat yang ditempatkan pada botol maupun plastik es. Ini sangat membantu meringankan nyeri.
  7. Usahakan tetap makan walaupun rasa mual membuat tidak berselera dengan makanan. Badan yang terlalu lemah karena datang bulan jangan diperparah dengan tidak mendapatkan asupan makanan yang tepat.
  8. Jika nyeri tidak terahankan, saya biasanya minum satu butir obat pereda nyeri. Obat tersebut hanya saya minum sekali di awal, karena nyeri hebat berlangsung kisaran 3-5 jam saja.
  9. Terus berdoa dan tidak melamun. Pikiran yang kosong dan badan yang lemah mempengaruhi kondisi psikis seseorang. Makanya banyak yang mempercayai mitos bahwa perempuan yang sedang datang bulan dapat kesurupan di hutan. Hal ini tidak akan terjadi jika persiapan mantap dan mental yang baik.

Hal yang berbeda jika saya bepergian ke pantai atau laut untuk menyelam. Saya tidak pernah berani berenang ketika sedang banyak-banyaknya keluar darah. Ada rasa risih dan tidak nyaman, bukan takut hiu, karena hanya spot tertentu yang lautnya ada hiunya. Rasa tidak nyaman akan muncul jika setelah keluar dari air laut, darah meler dan mengucur ke kaki... Kan, malu... 
Jika bertepatan dengan siklus bulanan, saya lebih baik menunda atau mempercepat jadwal jalan-jalan di pantai.


Semoga pengalaman saya bermanfaat ya...


Keep strong girls!











Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 Jam untuk "Tektok" Gunung Pangrango, Jawa Barat

Pengibaran Bendera Sepanjang 1 Kilometer di Gunung Rakutak, Bandung

Backpacker ke Dieng, Wonosobo