Maha Karya di Lembah Tujuh Gunung, Magelang
Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi umat Budha ini merupakan situs bersejarah yang sangat luas. Bebatuan hitam tersusun rapi berundak-undak hingga mencapai ketinggian bangunan 34,5 meter. Stupa-stupa berbaris rapi di atas susunan batuan hitam, mengitarinya.
Saat itu cuaca pagi cerah sekali, sekitar pukul 07.00 WIB saya sudah berada di kawasan candi Borobudur. Bangunan candi terlihat dari kejauhan begitu megah. Awan putih menggumpal memadukan pemandangan yang serasi dengan langit biru.
Melihat bagunan candi dari lantai paling dasar membuat kepala saya agak mendongak. Kawasan ini dinamakan Kamadhatu. Begitu seterusnya ketika menjajakkan kaki melalui tangga yang ada, kepala saya sesekali harus mendongak jika ingin memandang ke depan, terjal. Kawasan berikutnya setelah meninggalkan dasar bangunan adalah Rupadhatu, di sini dijumpai patung budha yang terbuka. Tangga utama untuk menaiki candi tidak begitu lebar, hanya bisa muat orang berjajar dua saja. Jadi, di tangga ini kalau melengos sedikit saja bisa tertabrak-tabrak pengunjung lain.
Saya perhatikan anak tangga yang juga terbuat dari bebatuan, tingginya mencapai lutut kaki orang dewasa. Perlu perhatian lebih memang jika pengunjung sedang ramai. Bayangkan, kita harus melangkahkan kaki selebar-lebarnya di anak tangga tersebut dengan sudut bebatuannya tajam-tajam, jangan sampai terkilir atau terpeleset..
Setelah melalui kawasan Rupadhatu saya terus menaiki anak tangga hingga sampai di kawasan Arupadhatu. Saya sengaja tidak berhenti di Arupadhatu karena sudah tidak sabar ingin berada di puncak candi.
Stupa Utama Candi Borobudur |
Waaaaaaw... Gugusan pegunungan berderet-deret mengitari pemandangan candi dengan indahnya. Ini menandakan Candi Borobudur berada di suatu lembah. Berdasarkan informasi setempat, ada 7 gunung yang mengitari candi adalah Gunung Menoreh, Gunung Sumbing, Gunung Sundoro, Gunung Tidar, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi. Beberapa gunung hanya terlihat siluetnya karena kabut tipis masih menyelimuti. Saya berjanji, kelak saya akan menggapai salah satu puncak gunung-gunung itu.
Patung-patung di kawasan Arupadhatu terbungkus dalam stupa-stupa yang berlubang. Saya perhatikan stupa dari kejauhan terlihat patung budha di dalamnya samar-samar. Penasaran dengan patungnya saya "mengintip" dari lubang stupa yang berbentuk banyak belah ketupat. Saya teringat mitos, jika memegang patung dalam stupa tersebut sambil berdoa maka akan dikabulkan. Namun hal ini sekarang tidak boleh lagi dilakukan pengjunjung, kata salah satu penjaga candi dikarenakan ukiran bebatuan dasar stupa sudah mulai terkikis oleh injakan kaki pengunjung yang memegang patung. Ukiran di bawah stupa sangat indah. Benar kata penjaga candi itu, ada beberapa lokasi stupa yang bentuk ukirannya terlihat memudar, bekas gesekan dengan benda tumpul, mungkin kaki-kaki pengunjung. Baiklah, saya tidak perlu menyentuh patung dalam stupa tersebut, toh saya masih dapat menikmati tempat ini...
Maha karya Raja Samaratungga ini sudah dipugar beberapa kali sejak awal pertama ditemukan. Bahkan setelah melewati bencana mulai dari serangan bom hingga debu erupsi Gunung Merapi, candi ini tetap kokoh berdiri. Informasi dari petugas, ada beberapa bebatuan asli bagian dari candi yang diganti dengan batu tiruan. Hal ini sebabnya mungkin karena batu aslinya bentuknya sudah tidak utuh.
Pandanganku kembali ke sekeliling lembah, ya, tertuju pada deretan pegunungan. Waktu terbaik untuk menikmati panorama sekitar Candi Borobudur adalah pagi hari. Matahari nampak semakin meninggi. Kabut-kabut menghilang, puncak-puncak gunung berganti diselimuti oleh awan-awan putih. Mari pulang, menuruni anak tangga yang tingginya selutut kaki orang dewasa. Curam.
Sesampainya di pelataran candi, Saya sejenak membalikkan badan, melihat sekali lagi bangunan candi yang megah.
Semoga puluhan tahun, bahkan ratusan tahun mendatang bangunan ini akan tetap kokoh dengan pemandangannya yang cantik, agar generasi penerus kita dapat menikmati hal yang sama.
Keep our historical sites...
Komentar
Posting Komentar