Gunung Prau: Kayang Maksimal
Nih, cantiknya pemandangan sampe saya beranikan diri untuk kayang di depan publik! Haha!
Puncak Gunung Prau yang terletak di Kawasan Pegunungan Dieng, Jawa Tengah, berada di ketinggian 2.565 meter di atas permukaan laut. Jika dilihat dari angka ketinggiannya, seolah-olah akan membutuhkan waktu berjam-jam menempuh dari kaki gunungnya hingga ke puncak. Tapi nyatanya tidak terlalu lama untuk trekking hingga ke puncaknya, hanya membutuhkan waktu 3 jam dengan kecepatan rendah...
Pantas saja tidak lama mendaki Gunung Prau, ini karena pegunungan Dieng sendiri sudah berada di ketinggian sekitar 2.300an mpdl. Sejak perjalanan saya dari bus sebelumnya, bus sudah menanjak dan meliuk-liuk tak karuan. Salah satu sisi jalan raya berjurang dan sudah dijumpai kabut atau awan yang berada di seberang jurang tersebut.
Gunung Prau memiliki 3 pos yang harus dilewati sebelum menggapai puncaknya. Pos pertama bernama Sikut Dewo, jaraknya dari base camp tidak jauh, mungkin sekitar setengah jam saja, jalannya berbatu dan masih bisa dilewati sepeda motor, matic sekalipun! Terkaget-kaget saya melihat banyak tukang ojek nongkrong di pos 1 ini halah halah...
Selepas dari pos Sikut Dewo, jalur dimulai dengan menanjaki kebun-kebun petani, jalur sempit hanya bisa dilalui seorang saja, jika berpapasan ya salah satunya harus berhenti dulu. Pemandangannya mulai nampak melankolis, dari ketinggian ini terlihat hamparan sawah-sawah dari kejauhan yang sembunyi di balik kabut-kabut. Garis-garis sinar matahari menembusi awan. Mendadak melow selow sandal swallow pokoknya....
Musim panas membuat sepanjang jalur menuju puncak penuh dengan debu, licin pulak. Kurang dari satu jam berlalu begitu sampai di Pos II yang bernama Canggal Walangan, hari sudah mulai gelap, suara adzan maghrib sahut menyahut di sini. Sunset tidak terlihat indah karena kabut tebal menghalangi matahari yang tenggelam.
Saya lanjutkan trekking dalam kondisi yang gelap, dengan modal headlamp tentunya. Sekitar satu jam kemudian saya sudah berada di camp area puncak Gunung Prau, saat itu jam menunjukkan sekitar pukul 19.00 WIB. Seharusnya dari Pos II sebelum puncak saya melewati Pos III yang bernama Cacingan.
Hiiih.. Iseng bener yang ngasih nama sih.. Untung saya ngga ngeuh ngelewatin pos ini, selain karena gelap dan tidak terlihat oleh pandangan saya, bisa jadi kan di sini ada banyak caing tanahnya... hiiihhh...
"Sejengkal" jarak sebelum camp area jalurnya curam dengan tanah padat berdebu dan licin. Tanpa ampun jalur itu bisa saja membuat saya terpeleset jika tidak berpegang pada tali yang dilemparkan teman di depan.
Terang saja jalur ini susah dilewati, saat perjalanan turun keesokan harinya, saya melihatnya seperti berada di jalur sungai, kanan kiri tidak ada akar atau tanaman untuk berpegangan. Tempat ini mirip prosotan karena saking mulusnya tanah wkwkwk...
Malam itu camp area sangat ramai dan berisik, pantas di sepanjang jalur tadi berjubel dan mengantri nanjakkk... *mau umroh bu, pak??
Sedikit kaget, ternyata Gunung Prau ini dinginnya minta ampun, saat itu bulan September 2014 masih musim kemarau. Saya biasanya tahan untuk tidak menggigil di luar tenda, di gunung lain, namun di sini badan saya menggigil tak karuan walaupun sudah berjaket. Alhasil selesai santap malam saya langsung tidur saja dalam tenda.
Jam 05.00 WIB
Nih, sunrise di puncak Gunung Prau indahnya kebangetan begini!
Sambil badan menggigil menahan dingin, saya paksakan untuk menaiki bukit yang lebih tinggi untuk melihat sunrise....
Puncak Gunung Prau yang terletak di Kawasan Pegunungan Dieng, Jawa Tengah, berada di ketinggian 2.565 meter di atas permukaan laut. Jika dilihat dari angka ketinggiannya, seolah-olah akan membutuhkan waktu berjam-jam menempuh dari kaki gunungnya hingga ke puncak. Tapi nyatanya tidak terlalu lama untuk trekking hingga ke puncaknya, hanya membutuhkan waktu 3 jam dengan kecepatan rendah...
Pantas saja tidak lama mendaki Gunung Prau, ini karena pegunungan Dieng sendiri sudah berada di ketinggian sekitar 2.300an mpdl. Sejak perjalanan saya dari bus sebelumnya, bus sudah menanjak dan meliuk-liuk tak karuan. Salah satu sisi jalan raya berjurang dan sudah dijumpai kabut atau awan yang berada di seberang jurang tersebut.
Saya Menyebutnya "Garis Cahaya dari Surga" |
Indah kan Jalur Pendakian Menuju Puncak Gunung Prau? |
Gunung Prau memiliki 3 pos yang harus dilewati sebelum menggapai puncaknya. Pos pertama bernama Sikut Dewo, jaraknya dari base camp tidak jauh, mungkin sekitar setengah jam saja, jalannya berbatu dan masih bisa dilewati sepeda motor, matic sekalipun! Terkaget-kaget saya melihat banyak tukang ojek nongkrong di pos 1 ini halah halah...
Selepas dari pos Sikut Dewo, jalur dimulai dengan menanjaki kebun-kebun petani, jalur sempit hanya bisa dilalui seorang saja, jika berpapasan ya salah satunya harus berhenti dulu. Pemandangannya mulai nampak melankolis, dari ketinggian ini terlihat hamparan sawah-sawah dari kejauhan yang sembunyi di balik kabut-kabut. Garis-garis sinar matahari menembusi awan. Mendadak melow selow sandal swallow pokoknya....
Musim panas membuat sepanjang jalur menuju puncak penuh dengan debu, licin pulak. Kurang dari satu jam berlalu begitu sampai di Pos II yang bernama Canggal Walangan, hari sudah mulai gelap, suara adzan maghrib sahut menyahut di sini. Sunset tidak terlihat indah karena kabut tebal menghalangi matahari yang tenggelam.
Saya lanjutkan trekking dalam kondisi yang gelap, dengan modal headlamp tentunya. Sekitar satu jam kemudian saya sudah berada di camp area puncak Gunung Prau, saat itu jam menunjukkan sekitar pukul 19.00 WIB. Seharusnya dari Pos II sebelum puncak saya melewati Pos III yang bernama Cacingan.
Hiiih.. Iseng bener yang ngasih nama sih.. Untung saya ngga ngeuh ngelewatin pos ini, selain karena gelap dan tidak terlihat oleh pandangan saya, bisa jadi kan di sini ada banyak caing tanahnya... hiiihhh...
"Sejengkal" jarak sebelum camp area jalurnya curam dengan tanah padat berdebu dan licin. Tanpa ampun jalur itu bisa saja membuat saya terpeleset jika tidak berpegang pada tali yang dilemparkan teman di depan.
Terang saja jalur ini susah dilewati, saat perjalanan turun keesokan harinya, saya melihatnya seperti berada di jalur sungai, kanan kiri tidak ada akar atau tanaman untuk berpegangan. Tempat ini mirip prosotan karena saking mulusnya tanah wkwkwk...
Malam itu camp area sangat ramai dan berisik, pantas di sepanjang jalur tadi berjubel dan mengantri nanjakkk... *mau umroh bu, pak??
Sedikit kaget, ternyata Gunung Prau ini dinginnya minta ampun, saat itu bulan September 2014 masih musim kemarau. Saya biasanya tahan untuk tidak menggigil di luar tenda, di gunung lain, namun di sini badan saya menggigil tak karuan walaupun sudah berjaket. Alhasil selesai santap malam saya langsung tidur saja dalam tenda.
Jam 05.00 WIB
Nih, sunrise di puncak Gunung Prau indahnya kebangetan begini!
Sambil badan menggigil menahan dingin, saya paksakan untuk menaiki bukit yang lebih tinggi untuk melihat sunrise....
Sunrise di Puncak Gunung Prau, Masih Terlihat Bulan Sabit |
Ada Juga Lautan Awan |
Cantiknya Kebangetan |
Berlima Kami Tidur Dalam Tenda Mungil Ini! |
Puas mendaki Gunung Prau, jam menunjukkan pukul 10.00 WIB dan kami menuruni gunung untuk menuju base camp. Sekitar pukul 12.00 WIB kami sampai di rumah penduduk untuk menumpang bersih-bersih.
Terima kasih Komunitas Doyan Jalan Bekasi!
Terima kasih Komunitas Doyan Jalan Bekasi!
Komentar
Posting Komentar