Go, Throw Yourself Into the Lake: Gunung Tujuh
Cantiknya Danau Gunung Tujuh, Serius! |
Melihat pemandangan yang eksotis seperti itu, lemparkan
saja badanmu di danau Gunung Tujuh!
Air danau terasa cukup hangat walaupun berada di ketinggian
1.950 mdpl. Mungkin ini karena suhu badan kita yang sudah terpapar cukup lama dengan suhu
udara dingin, sehingga begitu menyentuh air akan terasa hangat. Namun
setelah keluar dari air saya tidak menjamin badan akan terus menghangat. Karena
suhu udara di luar air sangat dingin, bisa-bisa badan menggigil jika tidak
segera mengenakan pakaian hangat setelah “nyemplung” di danau.
Trekking menuju Danau Gunung Tujuh sebenarnya
tidak begitu berat jalurnya dan hanya dapat ditempuh 3 jam dengan kecepatan
santai. Namun, saat itu perjalanan terasa berat karena sehari sebelumnya saya
baru turun dari Gunung Kerinci. Dasar ingin menghemat jatah cuti kerja, dua destinasi wisata di ketinggian lebih dari 2.000 mdpl dihajar sekaligus. Trekking di Danau Gunung Tujuh dijalanin walaupun kaki sudah pegal-pegal “hasil
karya” dari Gunung Kerinci kemarin. Nasib karyawan…
Awal perjalanan kami disuguhi jalur yang lebar dan
bisa dilewati mobil, masih “aman” untuk lutut-lutut
kami. Hingga akhirnya menjumpai kebun cabai yang luas buanget mirip seperti
bukit teletubbies yang menghampar hijau… Setelah itu, jeng jeng…. Jalan nanjak
parahhh…
Awal Trekking Masih Landai dan Aman, hih,Tapi 15 Menit Selanjutnya... Bikin Keok! |
I Feel Free (Nari India) |
Cuaca sedang tidak bersahabat saat itu, nampak kubangan
air dan tanah becek-cek hingga memaksa kaki kami “nyicipin” kubangan tanah liat…
Tidak lama melewatinya, setelah itu tanjakan-tanjakan yang tidak bercanda
mencandai kami. Huh hah, rasanya menapaki jalur yang didominasi akar melintang…
Kanan dan kiri jalur
disuguhi pepohonan yang besar-besar dan cukup tua, angin kencang sempat membuat
khawatir pada tumbangnya pohon-pohon itu. Apalagi jika berada di puncak Gunung
Tujuh, pepohonan semuanya menari buas, hingga bunyi-bunyi krek krek krek batang
kayu terdengar menyeramkan.
Akarnya yang Besar-besar Menggantung, Seperti Cintaku Kau Gantung (alah) |
Balita 3 Tahun Aja Sampai di Danau Gunung Tujuh, Masa Hatimu Ngga Sampai-sampai ke Hatiku... |
Sepanjang jalur pemandangannya tidak ada yang
istimewa, kami menghabiskan waktu dengan bercanda dan tentunya senyum-senyum
manis sama mas-mas/uda/aak yang lewat hihihi… Modus berat! Heh, saya nemu lho
oppa kece mirip bintang K-Pop, dia orang Padang yang berhidung mancung…
Dari pada mubadzir mending saya ajak foto bareng hahaha… Mayan.
Bersama Oppa Kece |
Ketika mencapai puncak gunung Tujuh yang dikelilingi
pohon rindang saya tidak sabar menagih kepada guide, mana danaunyaaaa, kok
belum kelihatan hah… Ternyata kita harus menuruni jalur yang berbeda dengan
jalur naik tadi untuk mencapai danau. Hah, nanti pulangnya harus ngetrek nanjak
dong, bo!
Yassalam, saya pikir menuruni gunung tujuh untuk
menuju danau gampang saja, ternyata sama terjalnya dengan jalur naik tadi,
cukup lama, mungkin sekitar setengah jam dari puncak gunung. Daaaan… Akhirnya
DANAU juga… Bagus pake bangedddd… Airnya jernih, jadi pengin nyebur. Tahu airnya bening begini saya bawa baju ganti. Ahelah.
Dinamakan gunung tujuh karena di danau ini kita dapat melihat tujuh buah gunung sekaligus. Tujuh buah gunung yang mengelilingi tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 2.000 an mdpl. Nama tujuh buah gunung tersebut yaitu Gunung Tujuh, Gunung Mandura Besi, Gunung Hulu Tebo, Gunung Hulu Sangir, Gunung Selasih, Gunung Jar Panggang dan Gunung Lumut. Bayangkan, puncak gunung tujuh yang saya naiki ketinggiannya 2.732 mdpl, kira-kira selisih 700an mdpl menuruni gunung menuju danau yang tingginya 1.950 mdpl…
Lumayan nih berarti untuk pulangnya nanjak lagi 700an mdpl…Dinamakan gunung tujuh karena di danau ini kita dapat melihat tujuh buah gunung sekaligus. Tujuh buah gunung yang mengelilingi tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 2.000 an mdpl. Nama tujuh buah gunung tersebut yaitu Gunung Tujuh, Gunung Mandura Besi, Gunung Hulu Tebo, Gunung Hulu Sangir, Gunung Selasih, Gunung Jar Panggang dan Gunung Lumut. Bayangkan, puncak gunung tujuh yang saya naiki ketinggiannya 2.732 mdpl, kira-kira selisih 700an mdpl menuruni gunung menuju danau yang tingginya 1.950 mdpl…
Beberapa tenda berdiri di beberapa titik pinggiran
danau, kegiatan memancing dan bermain sampan bisa dilakukan di danau yang
luasnya sekitar 960 Ha. Kabarnya, terdapat tepi danau berpasir putih yang dapat
dicapai dengan menaiki perahu sampan selama dua jam. Sayang sekali saat itu sedang kabut tebal dan cuaca tidak mendukung
untuk menuju pasir putih. Hiksss…
Ya, ada dua perahu sampan yang “beroperasi” di danau,
dengan tarif sekali “berlayar” dipatok Rp.50.000,- kita bisa diantar mengelilingi danau. Aslinya mah bukan mengelilingi, tapi kita hanya dibawa ke tengah danau dan
kembali lagi ke tepian dengan model jalurnya setengah lingkaran. Ya iyalah kalo full mengelilingi tepian danau mau sampai
berapa jam..
Rupanya menaiki perahu ini membuat deg-degan, gimana tidak, perahu kecil yang lebarnya hanya muat satu pantat orang
dewasa itu sangat tidak stabil alias oleng-oleng kanan kiri. Isi perahu 8 orang
sudah dengan “nahkoda”. Padahal, perahu itu sudah merupakan gabungan dari dua
perahu yang diikat dengan tali dan batang kayu, toh masih oleng-oleng. Halah,
ini mah ikan paus lewat bisa terhempas kita… (eh, ada ya ikan paus di sini??)
Guide kami yang lebih aneh, dia sempat bilang bahwa dia
kapok menaiki perahu di sini karena sebelumnya pernah mabok danau di atas perahu
yang tidak stabil itu… Pantas saja pas saya berdiri di perahu yang sedang
berlabuh itu sang guide panik berteriak-teriak, menyuruh saya untuk segera duduk kembali karena kapal
oleng dahsyat hahaha..
Teman Saya Menyebutnya "Prosotan Gajah"! |
Saya mendadak heboh dan menjadi foto model karena titipan
doa-doa dari teman! Dua belas orang menitipkan doa-doanya yang ditulis di
kertas. Isi doanya bermacam-macam, ada yang minta hamil, minta pekerjaan tetap
dan sebagian minta jodoh.. Duh, ini mau naik gunung apa umroh ya…
Gulungan kertas berisi doa itu satu per satu saya
pegangi sendiri dan difoto bak narapidana yang difoto untuk administrasi… Orang-orang yang berada di sekitaran saya memandang geli bahkan sampai ada yang rekam dan fotoin kelakuan sayaaa… Lebih parah lagi ada beberapa teman yang menginginkan
kertas itu difoto dengan dipegangi oleh cowok, syaratnya harus cowok kece…
Alhasil saya cari cowok-cowok yang terlihat keren untuk difoto, makkk…
Aslinya sih malu abiiiisss saya…. Sebagai gantinya, teman-teman yang "nitip" doa itu saya tagih per orang untuk
menyumbangkan minimal dua buku untuk bacaan anak sekolah dasar sebagai
imbalannya. Buku ini rencananya akan saya salurkan kepada anak-anak sekolah
dasar di kaki gunung sebelum saya mendaki gunung. Gunung apapun. Ini merupakan kegiatan rutin
saya dan beberapa teman dua tahun terakhir. Jika anda mau menyumbangkan bukunya
boleh komen di bawah yaa.
Sebenarnya titipan doa itu untuk difoto di puncak
gunung Kerinci, namun karena rombongan kami terkena badai dan tidak dapat
menggapai puncaknya, jadilah saya foto saja di danau Gunung Tujuh. Lumayan, toh fotonya tempat tertinggi juga: danau tertinggi di Asia Tenggara.
Lucu ketika saya
pulang ke Jakarta, beberapa teman menginginkan “nitip” doa dengan ritual yang sama jika saya ke gunung lain.
Hadoh, kalau diberi ongkos buat jalan lagi sih... mau… hehe!
Salah Satu Uda yang Menjadi "Korban" Model Foto... Kece Ya? |
Gunung Kerinci, Keren Bangeddd! |
Bunga Mawar Aja Ada yang Nyemutin, Masa Kamu Eggak? (Manis) |
Komentar
Posting Komentar