(Amit-amit) Ketinggalan Pesawat!
Meskipun saya sudah beberapa kali melakukan
penerbangan, tetap saja selalu seenaknya sendiri datang ke bandara keberangkatan alias mepet jam keberangkatan. Berbeda ketika pergi ke bandara dijemput teman,
saya terpaksa harus menyamakan jam mereka, aman. Penerbangan pagi itu dari
Bandara Soekarno Hatta menuju Minangkabau Padang, jadwal penerbangan pukul 05.50
WIB, dengan santainya saya berangkat dari kawasan Salemba Jakarta Pusat pukul
04.00 WIB. Diawali dengan naik taksi tapi
tidak sampai ke bandara bermaksud berhemat, saya turun di terminal Rawamangun,
lanjut naik bus Damri ke bandara Soekarno Hatta.
Teeeeng, sampai bandara pukul 05.03 langsung
kebirit-birit untuk check in, hadoh antrian luar binasa panjangnya, benar saja, ini kan menjelang perayaan natal, duh. Boarding 20 menit lagi. Sambil melempar pandangan mencari
antrian yang kosong, saya ditelepon seorang teman yang sudah sampai duluan di
bandara, rupanya kami diperbolehkan untuk duluan check-in karena jadwal terbang sudah dekat. Yippiiiee, serasa ratu
menyeruak antrian panjang hehe. Pukul 05.15 kami menuju ke ruang tunggu, belum
ada 5 menit duduk sudah dipanggil untuk boarding. Tumben maskapai penerbangan
yang berlogo hewan warna merah ini tepat waktu, bahkan kecepetan dari jadwal,
tapi bagus lah daripada delay.
Kebiasaan saya yang selalu mepet jadwal keberangkatan
pernah membuat saya kena batunya. Ketinggalan kereta api! Padahal tiket yang
saya beli merupakan tiket promo kelas eksekutif yang harganya sepertiga harga
normal. Saat itu sore hari menjelang malam cuaca mendung, saya berangkat dari
Gunung Sahari, Jakarta Utara hendak ke Stasiun Gambir untuk pulang ke Tegal. Menunggu
taksi atau bajaj tidak ada yang kosong, sampai ojek pun kami harus menunggu
giliran. Teman saya yang mau menuju ke Salemba menggunakan ojek tiba-tiba bapak
ojek sudah kembali, “kok cepat sekali ke Salemba pak?” Tanya saya. Ealaaah
ternyata mereka terhadang hujan lebat hingga balik kanan tidak melanjutkan ke Salemba, lah, di sini tidak hujan…
Beberapa detik kemudian… Bressss… Hujan turun sangat lebat. Mendadak semua
abang ojek enggan untuk mengantar pelanggannya. Beruntung ada bajaj kosong
berwarna oranye, epret-epret membawa
saya menuju ke rumah dulu di kawasan Salemba sebelum ke stasiun untuk mengambil
tiket. Ini juga kecerobohan saya, tiket kereta tidak sekalian dibawa ke tempat
kerja.
Sialnya, saya terkena macet parah menjelang kawasan
Senen. Mana atap bajaj bocor, tampias, alhasil saya membuka payung di dalam
bajaj, haha.. Ketika sampai di rumah, hujan masih sangat deras, sebelum turun
saya bertanya pada tukang ojek depan gang rumah apakah bersedia mengantar saya
ke stasiun sekarang juga. “wah, nggak mbak, dingin” itu jawaban tukang ojek
dong, hadoh kenapa jadi manja begini tukang ojek rumahan… Tanpa pikir panjang saya tawarkan ke bapak bajaj untuk
mengantar saya ke stasiun Gambir dengan tambahan biaya yang lumayan mahal.
Tiket sudah di tangan, saya lari-lari serabutan kembali
ke bajaj, dan bajaj tancap gas epret-epret
ke stasiun. Bermaksud menghemat waktu, saya bayar bapak sewa bajaj itu di atas
bajaj walaupun belum sampai stasiun. Awalnya bapak itu cepat mengemudinya, eh,
setelah terima uang dari saya kok malah melambat, ckk ah! Begitu sampai di
stasiun Gambir, hiks, saya ketinggalan kereta, melihat jam seharusnya saya
datang 5 menit sebelumnya agar tidak tertinggal kereta. Akhirnya saya membeli
tiket kereta tambahan keberangkatan sejam kemudian dengan biaya DUA KALI LIPAT
harga normal. Tetapi itu pun tidak sampai stasiun yang saya tuju. Turun di
stasiun Cirebon, saya harus meneruskan perjalanan ke Tegal dengan dijemput ayah
saya yang memakan waktu dua jam sekali jalan, tengah malam.
Maksud hati irit, jadi morot… Seandainya bapak bajaj
tahu arti hitungan menit bagi saya, dia seharusnya tidak merugikan waktu saya
setelah saya berikan uang sewanya..
Saya berharap, jangan sampai ketinggalan pesawat
akibat kecerobohan sendiri. Tapi, apakah saya "bertaubat" setelah beberapa kali
deg-degan mepet jadwal penerbangan? Hmmmm… Hehe
Komentar
Posting Komentar