Savana Cikasur yang Melegenda di Gunung Argopuro (Part 1)
Ada
satu padang savana di Gunung Argopuro yang menjadi idola para pendaki gunung,
yaitu savana Cikasur. Savana luas ditambah dengan sungai mengalir di bawahnya
membuat setiap pendaki yang ke sana memastikan ini adalah tempat yang berkesan
bagi mereka. Ditambah lagi jika beruntung, kita bisa melihat macan kumbang dan
burung merak. Itu sedikit cerita “rayuan” yang saya dapat sebelum saya memutuskan
untuk mau mendaki gunung Argopuro.
Rute pendakian kami bertujuh adalah naik dari Desa Baderan di daerah Situbondo dan
turun menuju Desa Bermi kawasan Probolinggo. Saya dan kak Lady berangkat dari
Jakarta, betemu dengan seorang teman laki-laki asal Sidoarjo, eh, ternyata dia bawa seorang laki-laki lagi. Kami berempat dari Surabaya menuju ke
Besuki-Situbondo untuk menemui seorang teman yang sebelumnya sudah janjian
bertemu di sana. Eh, ternyata di Besuki bukan seorang teman yang menunggu, tapi
bertiga. Jadi, yang tadinya saya kira akan mendaki berempat, kini kami
bertujuh. Ini di luar dugaan saya karena sebagian logistik sudah saya
perkirakan untuk empat orang saja, tapi biarlah, bisa belanja logistik lagi,
lebih banyak orang lebih seru.
Hari
masih pagi saat pendakian dimulai, saya merasa jalan kaki begitu cepat.
Jalurnya awal berupa batu-batu yang ditanam rapi dengan pemandangan perkebunan
warga, menanjak. Ada yang tidak beres dengan perut saya, satu jam berlalu kami
kemudian beristirahat, belum sempat duduk, saya merasa mual yang parah. Lebih
tersiksa lagi tidak ada setetespun yang bisa dikeluarkan dari perut. Lima menit
kemudian rasa mual hilang! Wah, mungkin saya mengalami Acute Mountain Sickness (AMS) karena mendaki gunung terlalu cepat
sehingga tubuh kurang menyesuaikan diri. “Aku telat tiga bulan...” candaan yang
saya lontarkan ketika semua teman khawatir melihat kondisi saya. Haha!
Jalur
yang kami lewati dari pos pertama hingga savana Cikasur sebenarnya tidak
menanjak tajam. Namun sangat menyusahkan karena sepeda motor sering melewati
sepanjang jalur ini sehingga bekas terjangan rodanya meninggalkan bekas yang
dalam di tanah yang sempit. Saya hanya punya dua pilihan untuk melewati jalur
yang hanya selebar bahu ini, berjalan ngangkang di antara cerukan tanah bekas
roda sepeda motor, atau berjalan dengan salah satu kaki di depan dan kaki
lainnya di belakang, agak mirip dengan ngesot berdiri...
Suasana
yang berbeda dengan gunung lain saya rasakan saat mendekati Pos Mata Air 2.
Kanan kiri adalah jurang dengan pepohonan yang rindang namun tidak terlalu
lebat. Mata saya mulai tidak fokus dengan jalur, melihat ke kanan dan ke kiri
sampai kaki terantuk-antuk rerumputan. Sekedar mengusir lelah, ka Lady dan saya
mulai iseng. Zaman modern saat ini sedang heboh dengan istilah tongsis alias
tingkat narsis alias monopod, ka Lady menggunakan tongkat kayunya sebagai
tongsis. Bagaimana caranya? Nih foto hasil jepretan tongsisnya haha!
Narsis Pake Tongsis Kayu |
Savana
pertama yang dijumpai adalah savana yang paling berkesan. Dua orang teman saya
melihat 4 ekor macan kumbang sesaat setalah melihat burung merak jantan. Saya
sedikit menyesal berjalan di belakang tidak ikut menyaksikan macan kumbang itu
karena terlalu sibuk berfoto-foto dan membuat rekaman. Tapi saya dikejutkan
dengan ayam hutan yang terbang bersebelahan dengan rombongan saya. Lucu sekali,
warna bulunya hitam dan ekornya berwarna biru kehijauan sambil mengeluarkan suara yang khas. Tak lama
setelah itu, kami disuguhi dengan pemandangan burung merak beberapa ekor yang
bertengger di pepohonan.
Salah Satu Savana di Argopuro |
Tempat
yang saya tunggu-tunggu, kasur, eh, Cikasur akhirnya nampak setelah saya
menyeberangi sungai yang super beniiiiiing. Tumbuhan selada air banyak sekali
ditemukan di sepanjang sungai hingga menutup separuh badan sungai. Hal yang
menggelikan terjadi di sini. Saya disuruh oleh teman untuk memetik selada air,
yang ada dipikiran saya melihat tumbuhan yang menghampar itu ya sekedar
mencabut saja, mudah. Iya saya tidak memetik, tapi mencabut selada air hingga
ke akar-akarnya hingga ditertawakan teman-teman. Dan... Panen ini menghasilkan masakan
selada air yang masih ada akarnya (sedikit) haha!
Savana Cikasur yang Melegenda |
Beautiful Sunset in Cikasur |
Malam
itu di Cikasur, kak Lady mengalami gejala hampir hypotermia. Dia menggigil kedinginan hingga sempat tidak sadar.
Kegaduhan di luar tenda karena teman-teman lainnya membantu menangani kak Lady
membuat saya terbangun. Dua kali saya melihat situasi di luar tenda, pertama
saya buka tenda melihat kak Lady sedang dibuatkan api unggun dan minuman
hangat. Kedua saya buka tenda lagi untuk memberikan blanked penghangat untuk kak Lady. Hingga akhirnya saya ikutan menggigil
karena terpapar udara dingin di luar tenda, teman-teman semakin panik. Saya
yang kedinginan namun dalam keadaan sadar nekad keluar tenda untuk masuk ke
tenda kak Lady yang sudah tidak sadar. Saya mendekapnya hingga panas badan saya
membantu menghangatkan badan kak Lady. Kak Lady rupanya cepat membaik dan lekas
sadar, selanjutnya giliran badan saya yang masih menggigil keidnginan. Gejala hyotermia yang menimpa kak Lady
sebenarnya bisa dicegah dengan makan yang cukup dan menutup badan dengan
pakaian penghangat. Salahnya, kak Lady waktu itu tidak makan malam hingga
kondisi badannya yang lelah jadi drop.
Duh!
Naluri
untuk mandi setelah melihat sungai yang bening adalah hal yang wajar. Setelah 3
malam tidak mandi, saya dan kak Lady membulatkan tekad untuk mandi di sungai
Cikasur pagi hari. Super dingin, rasanya seperti mandi air lelehan es
di freezer. Sungai yang dalamnya hanya sebatas lutut ini membuat saya
berteriak-teriak sangat kencang saat membenamkan badan di air. Ada rasa
sakit yang menusuk karena dingin tapi hepiiii...
Saya
mencari bekas landasan pesawat terbang yang katanya ada di Savana Cikasur ini.
Namun yang saya temui adalah gundukan tanah yang panjang dengan garis di tepi
kanan dan kirinya. Lebarnya sekitar 2-3 meter. Saya malah menyebutnya kuburan
naga. Jumlahnya ada sekitar 4 “landasan”. Jangan bilang-bilang ya, ini sih
lebih mirip pematang sawah yang batal digarap. Jangan bilang-bilang juga, kak
Lady nemu uang Rp 50.000,- di sini. Mayan, buat ongkos pulang. hehe!
Yoga Pose di |
Suasana
di Gunung Argopuro memang berbeda dengan gunung lain di Pulau Jawa. Saya sangat
takjub dengan suguhan savana yang banyak di sini, iya bisa dihitung. Masuk savana
satu, lalu keluar savana dengan disambut kawasan pepohonan tinggi, kemudian
memasuki savana lain. Begitu seterusnya hingga berakhir di savana lonceng.
Tipikal savana satu dan lainnya berbeda-beda, mulai dari luasnya, kontur
tanahnya hingga jenis rumputnya.
Saya
dikejutkan dengan adanya savana yang mirip dengan Oro-oro Ombo di Gunung
Semeru. Memang areanya tidak seluas Oro-oro Ombo, namun bunga yang berwarna
ungu itu menghampar di semua sisi savana ini. Saya memang bermimpi ke Gunung
Semeru untuk kedua kalinya sekedar melihat padang Oro-oro Ombo berwarna ungu. Terima
kasih Allah, tahun ini keinginan saya terwujud untuk melihat hamparan bunga
dengan nama latin Verbena brasiliensis
vell, walaupun di kawasan Gunung Argopuro.
Savana Mirip Oro-oro Ombo |
Savana
Cikasur memang luar biasa cantik, kami memutuskan untuk mendirikan tenda selama
2 malam di sini...
Rute Trekking Gunung Argopuro Baderan-Bermi
10 Mei 2015 : Baderan - Mata Air 1
11 Mei 2015 : Mata Air 1 - Mata Air 2 - Cikasur
13 Mei 2015 : Cikasur – Cisentor - Rawa Embik - Lonceng
14 Mei 2015 : Lonceng ke Puncak Argopuro, Puncak Arca dan
Puncak Dewi Rengganis
14 Mei 2015 : Lonceng - Cemara Lima - Hutan Lumut - Danau
Taman Hidup
15 Mei 2015 : Danau Taman Hidup - Bermi
Keren kak, pengen banget kesini tp belum kesampaian
BalasHapusWaah... Saya telat membaca komentarmu, gimana sekarang udah kesampaian ke sana? :)
Hapus