Savana Cikasur yang Melegenda di Gunung Argopuro (Part 2)
Pagi hari di savana Cikasur, sunrise hari kedua masih sama dengan sunrise hari sebelumnya. Berbeda dengan sunset. Sunset hari pertama lebih bagus dari sunset hari kedua.
Setelah berkemah dua malam di padang savana Cikasur yang melegenda itu, saya melanjutkan trekking menuju ke Savana Lonceng. Savana Lonceng letaknya dekat dengan tiga puncak yaitu puncak Argopuro, puncak Dewi Rengganis dan puncak Arca. Delapan jam waktu yang saya butuhkan dari savana Cikasur ke savana Lonceng.
Sepanjang jalur ini, setengahnya masih didominasi dengan padang rumput, setengah perjalanan berikutnya didominasi hutan khas hujan tropis. Saya mendapatkan bulu-bulu merak dan ayam hutan di savana Cikasur, ingin dapat lebih banyak lagi, berjalan di sepanjang jalur ini saya menajamkan mata ke tanah, siapa tahu nemu bulu-bulu cantik lagi. Delapan jam dalam sehari merupakan waktu yang wajar ketika seseorang hiking, namun hari itu tumben saya merasakan lelah yang luar biasa. Tepatnya pada seperempat perjalanan ke Savana Lonceng, menjelang malam di hutan bekas terbakar beberapa tahun yang lalu. Di sana puncak Argopuro sudah terlihat.
Jarang saya merasakan lelah seperti ini, jika sudah terjadi, saya hanya ingin tetap berjalan namun memperlambat langkah kaki. Jika dipaksa langkah cepat.... Saya bisa saja ngeplak orang dan bilang "hey, duluan saja, jika saya memperlambat kelompok ya sudah saya ditinggal saja!" (yang padahal bohong banget minta ditinggal). Saya beri rahasia buat para pendaki laki-laki ya, jika perempuan sudah mengucapkan kalimat terebut, artinya sang perempuan benar-benar membutuhkan bantuan atau sekedar perhatian pun cukup, haha...
Jarang saya merasakan lelah seperti ini, jika sudah terjadi, saya hanya ingin tetap berjalan namun memperlambat langkah kaki. Jika dipaksa langkah cepat.... Saya bisa saja ngeplak orang dan bilang "hey, duluan saja, jika saya memperlambat kelompok ya sudah saya ditinggal saja!" (yang padahal bohong banget minta ditinggal). Saya beri rahasia buat para pendaki laki-laki ya, jika perempuan sudah mengucapkan kalimat terebut, artinya sang perempuan benar-benar membutuhkan bantuan atau sekedar perhatian pun cukup, haha...
Istimewanya perjalanan antara savana Cikasur hingga savana Lonceng ini adalah, saya melihat banyak sekali monyet hitam bertebaran di pohon-pohon. Kawanan monyet pertama berada di lembah, kiri jalur menuju pos Cisentor. Kanan jalur ini adalah tebing-tebing batu yang memiliki celah mirip goa. Tempat-tempat berbatu seperti ini biasanya dijadikan tempat tidur sang macan kumbang.
Sebelum mencapai pos Cisentor, saya melewati aliran sungai yang tidak terlalu lebar. Kawanan monyet hitam muncul kembali saat kami makan siang. Jumlahnya lebih dari sepuluh dan mulai merangsek mendekati kami. Nggak lucu, jumlah kami lebih sedikit dibandingkan dengan kawanan monyet itu. Kalau kami diserang beneran gimana?? Kalau kawanan monyet itu ternyata liar-nakal-brutal gimana?
Selepas pos Cisentor, perjalanan dilanjutkan menuju Rawa Embik yang merupakan savana terakhir sebelum Savana Lonceng. Tumbuhan Edelweis di kanan kiri jalur tingginya mencapai 2 meter. Tapi tinggi pohon edelweis di sini masih kalah dengan yang saya jumpai di Gunung Merbabu. Kelelahan membuat saya terjatuh cantik di sini, badan saya menggelundung setelah melewati pohon tumbang. Ahhhh... Rasanya ingin segera tidur di kasur!
Ketika sampai di Rawa Embik hari sudah sangat sore, 1 teman saya tidak setuju jika bermalam di pos Rawa Embik. Mungkin dia melihat sesuatu, sesuatu kasat mata, hiiiyy. Perjalanan tetap dilanjutkan menuju savana Lonceng, awal tujuan mendirikan tenda.
Sunset kesukaan di atas awan menghiasai kelelahan saya pada seperempat perjalanan hari itu.
Hari mulau gelap, tepat pukul 6 sore sampai di Savana Lonceng yang ternyata sudah ada sekelompok pendaki lain bertenda di sana. Horeee! Bobo juga!
Dan esok harinya... Akhirnya 3 puncak!
Puncak gunung Argopuro adalah puncak pertama tujuan kami pagi itu, jaraknya tidak jauh dari savana Lonceng, hanya sekitar 20 menit, tapi tanjakannya brohhh, lumayan bikin engap. Puncak Arca dapat dijangkau setelah mencapai puncak Argopuro dengan melalui punggungan gunung, pemandangan gunung Semeru terlihat di sisi barat. Sebuah danau yang masih di dalam kawasan Gunung Argopuro juga terlihat di sisi barat. Puncak Argopuro dan Arca tanahnya masih subur sehingga untuk melihat pemandangan keluar agak terhalang pepohonan yang cukup rindang. Tapi adem sih, berbeda dengan puncak-puncak gunung lain yang puanaaas.
Puncak Dewi Rengganis dapat dicapai hanya 15 menit dari Savana Lonceng. Jadi, dari puncak Arca dan Argopuro tadi, saya harus turun dulu menuju savana Lonceng, kemudian naik lagi ke bukit lain yaitu Puncak Dewi Rengganis. Di sini lah pemandangan yang lebih luas terlihat karena tidak banyak pohon menjulang. Mirip bukit kapur yang ada di Gunung Papandayan. Di sini terdapat bekas bangunan yang konon ini adalah kerajaan milik Dewi Rengganis. Masih terlihat sisa batu-batu yang tersusun mirip tembok bangunan. Bau belerang agak menyengat.
Sebelum mencapai pos Cisentor, saya melewati aliran sungai yang tidak terlalu lebar. Kawanan monyet hitam muncul kembali saat kami makan siang. Jumlahnya lebih dari sepuluh dan mulai merangsek mendekati kami. Nggak lucu, jumlah kami lebih sedikit dibandingkan dengan kawanan monyet itu. Kalau kami diserang beneran gimana?? Kalau kawanan monyet itu ternyata liar-nakal-brutal gimana?
Selepas pos Cisentor, perjalanan dilanjutkan menuju Rawa Embik yang merupakan savana terakhir sebelum Savana Lonceng. Tumbuhan Edelweis di kanan kiri jalur tingginya mencapai 2 meter. Tapi tinggi pohon edelweis di sini masih kalah dengan yang saya jumpai di Gunung Merbabu. Kelelahan membuat saya terjatuh cantik di sini, badan saya menggelundung setelah melewati pohon tumbang. Ahhhh... Rasanya ingin segera tidur di kasur!
Ketika sampai di Rawa Embik hari sudah sangat sore, 1 teman saya tidak setuju jika bermalam di pos Rawa Embik. Mungkin dia melihat sesuatu, sesuatu kasat mata, hiiiyy. Perjalanan tetap dilanjutkan menuju savana Lonceng, awal tujuan mendirikan tenda.
Sunset kesukaan di atas awan menghiasai kelelahan saya pada seperempat perjalanan hari itu.
Hari mulau gelap, tepat pukul 6 sore sampai di Savana Lonceng yang ternyata sudah ada sekelompok pendaki lain bertenda di sana. Horeee! Bobo juga!
Dan esok harinya... Akhirnya 3 puncak!
Puncak gunung Argopuro adalah puncak pertama tujuan kami pagi itu, jaraknya tidak jauh dari savana Lonceng, hanya sekitar 20 menit, tapi tanjakannya brohhh, lumayan bikin engap. Puncak Arca dapat dijangkau setelah mencapai puncak Argopuro dengan melalui punggungan gunung, pemandangan gunung Semeru terlihat di sisi barat. Sebuah danau yang masih di dalam kawasan Gunung Argopuro juga terlihat di sisi barat. Puncak Argopuro dan Arca tanahnya masih subur sehingga untuk melihat pemandangan keluar agak terhalang pepohonan yang cukup rindang. Tapi adem sih, berbeda dengan puncak-puncak gunung lain yang puanaaas.
Danau di Sisi Barat Puncak Argopuro |
Mengintip Matahari dari Puncak Arca |
Puncak Dewi Rengganis dapat dicapai hanya 15 menit dari Savana Lonceng. Jadi, dari puncak Arca dan Argopuro tadi, saya harus turun dulu menuju savana Lonceng, kemudian naik lagi ke bukit lain yaitu Puncak Dewi Rengganis. Di sini lah pemandangan yang lebih luas terlihat karena tidak banyak pohon menjulang. Mirip bukit kapur yang ada di Gunung Papandayan. Di sini terdapat bekas bangunan yang konon ini adalah kerajaan milik Dewi Rengganis. Masih terlihat sisa batu-batu yang tersusun mirip tembok bangunan. Bau belerang agak menyengat.
Sisa Bangunan di Puncak Rengganis |
Mendekati Puncak Dewi Rengganis, Mirip di Gunung Papandayan |
Cerita sebelumnya: Savana Cikasur yang Melegenda di Gunung Argopuro (Part 1)
Bersambung ke Part 3...
Komentar
Posting Komentar