Api Tak Kunjung Padam, Madura Versi Backpacker
Sehari sebelumnya saya trekking nanggung di Gunung Penanggungan, hari berikutnya saya lanjutkan ke Pulau Madura. Setelah check out dari sebuah
Malam sebelumnya saya ragu memasuki kamar hostel, padahal kunci kamar sudah saya pegang. Ini karena Bunga pesan kamar hanya satu untuk berdua, sedangkan kami datang bertiga. Bunga dengan yakin menyuruh saya dan Wana untuk masuk duluan ke kamar di lantai 2, dia yang akan berurusan dengan penjaga jika ditanya-tanya. Benar saja, Bunga yang jalannya paling belakang ditegur penjaga karena bertigaan masuk kamar. Tidak cukup lama Bunga menyusul kami di lantai 2. Big deal, hanya nambah 50.000 saja jika ada satu "penyusup" masuk kamar, fiuh..
-----------------------------------------------------------------------
Hari masih pagi sekitar jam 07.00, jalanan pusat Kota Surabaya masih cukup lengang, cari sarapan pun susah karena warung-warung kebanyakan masih tutup. Saya yang waktu itu ingin sekali mencicipi lontong balap pun cuma ngiler karena warungnya belum buka. Sarapan soto jadi pilihan lain, yang penting perut terganjal dengan baik.
Menjelang pukul 08.00 kami bertolak menuju kantor Balai Kota Surabaya, titik temu dengan Dony yang akan bergabung kembali dengan kami. Dony rupanya tidak ambil pusing jalan-jalan dengan kakak-kakak kece setelah sehari sebelumnya trekking ke Gunung Penanggungan bareng... Hahaha...
Tiba-tiba lihat dedek-dedek kecil main air mancur di depan Balai Kota, jadi pengin ikutan basah, eh, basah-basahan...
Api Tak Kunjung Padam di Pamekasan Pulau Madura merupakan objek wisata alami yang menarik perhatian kami. Sebenarnya, jarak dari pusat Kota Surabaya sampai Pamekasan adalah 3 jam perjalanan darat. Saya hepi banget karena duduk di boncengan sepeda motor, bukan sebagai sopir. Badan rasanya masih remuk-redam karena sehari sebelumnya nyetir sepeda motor total 5 jam.
Tiba-tiba lihat dedek-dedek kecil main air mancur di depan Balai Kota, jadi pengin ikutan basah, eh, basah-basahan...
Rute Kami, Surabaya-Sampang-Pamekasan |
Api Tak Kunjung Padam di Pamekasan Pulau Madura merupakan objek wisata alami yang menarik perhatian kami. Sebenarnya, jarak dari pusat Kota Surabaya sampai Pamekasan adalah 3 jam perjalanan darat. Saya hepi banget karena duduk di boncengan sepeda motor, bukan sebagai sopir. Badan rasanya masih remuk-redam karena sehari sebelumnya nyetir sepeda motor total 5 jam.
Di Jembatan Suramadu, Saya Dibonceng, Yes! |
Nama tempat wisata ini mengingatkan saya pada lagu yang dinyanyikan Sandhy Sandoro, berjudul Tak Pernah Padam, liriknya begini:
Namun satu yang perlu engkau tahu Api cintaku padamu tak pernah padam
Namun satu yang perlu engkau tahu Api cintaku padamu tak pernah padam
Jadilah, sepanjang perjalanan terus terngiang-ngiang suara seksi akang Sandhy, alah!
Jalanan Suramadu Masih Sepi... |
Horeee Sampai di Kabupaten Sampang (Saya Masih Dibonceng) |
Sepanjang jalan raya Madura lancar jaya, kepadatan hanya ada di titik-titik tertentu seperti pasar tradisional dan area sumbangan pembangunan musala/masjid. Saya jumpai lebih dari 10 area pembangunan masjid di jalan raya sepanjang sekitar 80 km, jumlah yang cukup banyak dibandingkan yang pernah ada di Pulau Jawa. Semoga pemerintah lebih memperhatikan pembangunan tempat ibadah di Madura karena warganya semangat betul mengumpulkan rupiah demi berdirinya masjid.
Api Tak Kunjung Padam (Kami Menyebutnya Api Sandhy Sandoro) |
Lokasi wisata alam Api Tak Kunjung Padam sangat mudah ditemukan, tidak jauh dari jalan raya Madura. Hanya saja jalanan rusak, lubang menganga di sana-sini. Kanan dan kiri jalanan yang rusak sebagian besar masih berupa sawah, pantas saja, mungkin biasa dilewati mobil-mobil besar pengangkut hasil bumi. Kata ayah saya, jalanan di tengah sawah sering rusak karena tanahnya bisa berjalan! Maksudnya tanahnya tidak stabil.
Api Tak Kunjung Padam, kok namanya terlalu melankolis yes! Warga setempat yang saya tanya apakah ada sejarah atau legenda api tersebut, malah menggelengkan kepala dan nyengir. Oke, saya iseng tanya lagi, sejak kapan api ini ada? Dia menjawab sekenanya: "Udah lamaaaaaaa banget Mbak". Lah! Saya jadi tahu kenapa tempat wisata sekeren ini kurang dikenal, warganya sendiri kurang peduli dengan informasi. Penataan tempatnya juga amburadul, toko-toko mengelilingi lokasi wisata dengan jarak yang terlalu dekat dengan api, banyak sampah berserakan terutama sampah kulit jagung dan bonggolnya. Pedagang jagung berjejer di salah satu sudut, memanjakan lidah pengunjung yang ingin menikmati sensasi bakar jagung di api yang nggak akan padam meski disiram air hujan sekalipun. Siraman air hujan konon hanya memadamkan api sementara, beberapa saat setelah hujan reda api-api itu akan muncul kembali.
Lokasi Api Tak Kunjung Padam |
Api yang muncul ke permukaan bumi dibentuk melingkar, sehingga dibuatkan pagar dari besi mengelilingi luar api. Saya lihat ada satu panci besar berisi ubi-ubian sedang direbus di atas apinya. Wih, bisa mengirit bahan bakar ya!
Kawasan Api Tak Kunjung Padam rupanya mengandung belerang yang bergesekan dengan oksigen, sehingga menghasilkan fenomena api menyala. Terdapat dua tempat api abadi itu menyala, lokasinya masih berdekatan. Lokasi pertama berada ditempat yang saya kunjungi disebut dengan Apoy Lake (api laki-laki) dan satunya dekat pintu masuk disebut dengan Apoy Bine’ (api wanita). Kok misah-misah gini sih, kalau nanti kangen gimana? Haha!
Ponten Artinya Apa Ya? |
Saya melintasi bangunan di belakang lokasi wisata yang dikerumuni banyak orang, penasaran ada apa. Dari kejauhan saya hanya membaca ada tulisan "ponten umum" yang cukup besar, tidak tahu artinya apa. Setelah mendekat, ternyata di bawah tulisan ponten umum ada daftar tarif buang hajat. Saya langsung tertawa dan diperhatikan sebagian orang di depan ponten umum itu yang artinya adalah toilet umum... Heh!
Laut Jawa |
Pemandangan laut sepanjang jalan raya Pamekasan cukup membuat leher saya pegal menengok ke arah pantai. Pulang dari Api Tak Kunjung Padam, saya tawarkan memegang kemudi sepeda motor agar cepat sampai Kota Surabaya. Jalanan yang lengang membuat saya ngebut sukses dengan kecepatan rata-rata 90 km/jam. Hasilnya, berangkat kami tempuh 3 jam dengan driver teman saya, dan pulangnya kami tempuh 2 jam dengan driver.... Saya!
Jujur saja, jalan raya di Madura adalah salah satu jalanan favorit saya karena selain bisa untuk ngebut aman, jalanan mulus, jarang ada belokan, pemandangan hutan dan lautnya bagus!
Catatan:
Penginapan di Surabaya: Capsule Hotel di daerah Jl. Kedungdoro Surabaya Telp (031) 5311289 harga awal tahun 2016 Rp.150.000,-/malam/2 orang, jika nambah 1 orang lagi menjadi Rp 200.000,-.
Rental motor Surabaya Leandra di daerah Taman Gunung Anyar, Surabaya, telp 081230567000 fast respond via whatsapp. Harga Rp.70.000,-/hari dapat helm 2 dan jas hujan 2.
Komentar
Posting Komentar